Siti Salamah: Perempuan Tangguh di Balik Waste Solution Hub

Sebagai warga negara Indonesia pastilah bangga apabila negara kita dikenal baik oleh negara-negara tentangga. Namun, kalau dikenal dengan masalah nya kok rasa nya nyesek sekali. Baru-baru ini Indonesia kerap disorot sebagai salah satu negara penghasil sampah plastik terbesar kedua di dunia dan juga menjadi negara yang dinilai buruk penanganan sampahnya

Bahkan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menyampaikan bahwa produksi sampah nasional mencapai 175.000 ton per hari. Jika di rata-rata satu orang penduduk Indonesia menyumbang sampah sebanyak 0.7kg per hari. Apabila dikalkulasi dalam skala tahunan, Indonesia menghasilkan sampah sebanyak 64juta ton!

source: Google

Mayoritas sampah yang dihasilkan paling banyak yaitu sisa makanan, kemudian disusul oleh sampah plastik. Sampah-sampah yang tidak dapat teratasi dengan baik sangat berdampak buruk bagi kesehatan dan lingkungan. Maka dari itu sebagai warga Indonesia patutl nya kita lebih bijak lagi dalam mengelola sampah. Cukup tempat pembuangan sampah akhir di daerah Piyungan yang ditutup sementara waktu akibat menumpuknya sampah yang melebihi jumlah tampungan, beruntungnya warga yang tinggal di kota-kota besar tidak perlu repot membuang sampah karena ada petugas datang secara terjadwal yang membawa sampah-sampah ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Dari sampah-sampah yang menumpuk di TPA ternyata turut menjadi sumber pendapatan bagi ribuan pemulung. Para pemulung ini mengais rezeki demi bisa tetap makan 

Tak jarang banyak kita jumpai pemandangan para pemulung bahkan tak jarang anak-anak setiap hari nya mengumpulkan sampah plastik, ataupun kardus yang dapat mereka jual. Miris ketika saya melihat anak-anak yang seharusnya dia sekolah dan bermain dengan teman sebaya nya, namun dia harus bekerja keras demi menyambung hidup


Siti Salamah, perempuan kelahiran Lampung 35 tahun yang lalu yang kerap dijuluki “Emak Pemulung” oleh anak-anak di Lapak Pemulung Jurangmangu Timur, Tangerang Selatan. Tergerak hati nya untuk membantu anak pemulung mendapatkan pendidikan non-formal sekaligus spiritual yang berdampak baik pada karakter melalui Taman Maghrib Mengaji yang kemudian berganti nama menjadi Rumah Pohon pada tahun 2015

Bukan hanya itu Siti yang dibantu oleh rekan-rekannya juga melakukan pembinaan kepada ibu-ibu pemulung supaya mampu mandiri dan berdaya. Menurut Siti, pemulung itu harus diberdayakan untuk mengubah stigma negatif dan menaikkan taraf hidup mereka, sehingga pada tahun 2018 lahirlah Waste Solution Hub atau WasteHub sebagai penyedia solusi pengolahan sampah terintegrasi dan dalam programnya, WasteHub turut memberdayakan kaum marjinal khususnya pemulung untuk memperoleh pembinaan dan pekerjaan dengan penghasilan yang lebih layak

Mengenal Lebih Dekat WasteHub

Source: WasteHub

Satu tahun sebelum berdirinya WasteHub, tepat nya pada tahun 2017 Siti memperoleh kesempatan untuk mengikuti sebuah program bertajuk United in Diversity. Pada kesempatan itulah ia merajut jaringan dengan 60 anak muda lainnya, salah satunya adalah Ranitya Nurlita (Lita). Siti merasa sejalan dengan Lita karena Lita fokus pada isu lingkungan dan sampah, sementara Siti aktif dalam memberdayakan pemulung

Satu tahun setelah pertemuan tersebut tepatnya di tahun 2018 tepat setelah Lita pulang dari Amerika untuk sebuah program perturakan pemuda, Lita ingin membangun tempat pengolahan sampah yang bersih. Lita pun menggandeng Siti dan Yusuf untuk mendirikan sebuah start up dengan nama Waste Solution Hub atau WasteHub. WasteHub memiliki tujuan untuk mengangkat dan membangun kawasan pengumpulan sampah lokal yang efektif dan bertanggung jawab melalui pendekatan ekonomi sirkular dan teknologi

Saat ini WasteHub berfokus kepada empat pelayanan diantaranya 
  1. Consulting: membuka jasa konsultasi profesional untuk menyelesaikan masalah umum antara masyarakat, pemulung, lapak, dan unit usaha untuk meningkatkan area pengumpulan sampah dengan pendekatan win-win solution;

  2. Creating: membangun tata kelola sampah yang lebih sistematis, terintegrasi dan berkelanjutan melalui pendekatan teknologi;

  3. Empowering: meningkatkan pendapatan pemulung dengan memberikan peluang tambahan dan soft skill;

  4. Solving: memberikan solusi atas masalah sanitasi, lingkungan, dan fasilitas kesehatan yang layak.

Dari kerja keras tersebut, para pemulung pun merasakan sedikit kebahagian nya. Karena selama ini para pemulung ambil sampah dari rumah lalu disetorkan ke lapak lalu dijual ke tempat besar dengan melewati empat bahkan sampai lima pengepul kakap. WasteHub hadir memotong proses tersebut dan membuatnya lebih singkat, sehingga pemulung dapat memperoleh penghasilan yang lebih baik

Perjuangan Siti dan rekan-rekannya juga membuahkan hasil, terbukti dari banyaknya penghargaan yang mereka dapatkan. Salah satunya penghargaan dari SATU Indonesia Awards 2021 pada tingkat nasional untuk kategori Kelompok yang mewakili lima bidang sekaligus, ada kesehatan, pendidikan, lingkungan, kewirausahaan dan teknologi

Semoga dengan contoh luar biasa yang diberikan oleh Siti dan rekan-rekannya dapat menghadirkan banyak bibit-bibit penggerak di wilayah lainnya

Komentar

Postingan Populer