FGD Revitalisasi Cerlang Budaya


Indonesia memiliki kekayaan budaya yang luar biasa, dipengaruhi oleh lebih dari 17.000 pulau dan berbagai suku bangsa, mulai dari aspek bahasa dan sastra, makanan, hingga arsitektur rumah adat. Keragaman budaya ini mencerminkan sejarah panjang interaksi antara berbagai suku bangsa, agama, dan pengaruh asing yang telah membentuk Indonesia menjadi negara yang sangat kaya budaya

Beberapa hari yang lalu Dompet Dhuafa dan Bina Trubus Swadaya mengadakan Fokus Group Diskusi (FGD) Budaya dan Pemberdayaan di Bentara Budaya Jakarta dengan mengusung tema "Revitalisasi Cerlang Budaya Lokal dalam Membangun Karakter Bangsa sebagai Sarana Pemberdayaan Masyarakat" kegiatan yang berlangsung dari pukul 09.00-16.00 WIB turut dihadiri pula.oleh para tokoh nasional dalam memformulasikan budaya Indonesia sebagai upaya memberdayakan masyarakat

“Dompet Dhuafa dan peserta diskusi perlu mengetahui praktik pemberdayaan kebudayaan dari inisiatif lokal yang telah berhasil secara berkelanjutan baik secara etos maupun mitos,” - Rahmad Riyadi, Ketua acara FGD 

Oleh karena itu diperlukannya strategi pemberdayaan masyarakat berdasarkan kearifan budaya lokal, melalu FGD ini diharapkan dapat melahirkan langkah konkret yang dapat diterima dan juga dipraktikkan. Fokus Group Diskusi ini dibagi menjadi 2 sesi. Berikut ini adalah rangkuman dari dua sesi diskusi yang telah dilakukan


Sesi 1: Refleksi Budaya Lokal dalam Konteks Pembedayaan Masyarakat dan Sinergi Pemerintah 


Pada sesi pertama di acara FGD ini menghadirkan empat narasumber diantaranya:
• Dr. Restu Gunawan, M. Hum. selaku Direktur Pembinaan Tenaga dan Lembaga Kebudayaan Kemendikbud Ristek
• Prof. Nurhayati Rahman, selaku Masterpiece Budaya Bugis Kuno dalam I La Galigo
• Garlin Nugroho Riyanto, S, SN. M.H selaku Praktisi Seni Film 
• Yudi Latif, selaku perwakilan dari Dompet Dhuafa Republika


Diskusi yang dipandu oleh Wahyu Wiwoho sangat menampar saya pasalnya tidak bisa dipungkiri bahwa budaya luar Indonesia memiliki pengaruh yang signifikan, ini dapat terlihat dari berbagai aspek kehidupan termasuk gaya berpakaian, musik, skincare, dan lain sebagainya. Bahkan pengalaman Wahyu Wiwoho yang menceritakan bahwa ketika beliau dan keluarga berkunjung ke Candi Borobudur dia disambut dengan orang-orang yang menggunakan kostum superhero luar negeri. Jujur ini bikin hati saya sedikit nyeri sih, banyak sekali budaya Indonesia yang dapat ditampilan tetapi malah budaya luar yang mendominasi 

Ironis memang bahwa orang Indonesia lebih tertarik akan budaya luar dibandingkan budaya mereka sendiri. Namun kehadiran tokoh seperti Garin Nugroho yang mengajar tentang budaya Indonesia di luar negeri dapat menjadi inspirasi bagi generasi muda untuk lebih memahami dan menghargai budaya mereka sendiri


Sesi 2: Best Practice Pengembangan Budaya Masyarakat 


Sama dengan sesi pertama, pada sesi kedua juga menghadirkan empat narasumber diantaranya ada G. k. R. Mangkubumi dari Keraton Yogyakarta, Mariaoreta dari Yayasan Agro Sorgum Flores, Andi Makmur Makka sebagai Anggota Dewan Pembina Dompet Dhuafa dan Perwakilan Bone, serta Ilham Khoiri dari Bentara Budaya Kompas.


Pada sesi ini para narasumber menceritakan bagaimana perjuangannya dalam melestarikan budaya di daerahnya masing-masing. Intinya pengembangan budaya masyarakat memerlukan pendekatan yang holistik dan insklusif. Berikut ini beberapa praktik terbaik dalam pengembangan budaya masyarskat termasuk:

1. Pendidikan dan Kesadaran: Meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat tentang nilai-nilai budaya mereka melalui pendidikan formal dan informal

2. Partisipasi Masyarakat: Melibatkan masyarakat secara aktif dalam proses pengembangan budaya mereka, termasuk pengambilan keputusan, perencanaan, dan pelaksanaan program budaya

3. Pelestarian dan Inovasi: Menghormati tradisi sambil merangkul inovasi untuk memastikan kesinambungan dan relevansi budaya dalam konteks zaman modern

4. Kolaborasi dan Jaringan: Membangun kemitraan antara pemerintah, lembaga budaya, sektor swasta, dan masyarakat sipil untuk memperkuat upaya pengembangan budaya

5. Aksesibilitas dan Inklusivitas: Memastikan bahwa semua lapisan masyarakat memiliki akses yang adil dan setara terhadap kegiatan budaya, tanpa memandang latar belakang sosial, ekonomi, atau kultural

6. Pemanfaatan Teknologi: Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk menyebarkan dan mempromosikan warisan budaya serta memfasilitasi kolaborasi dan partisipasi masyarakat

Melalui pendekatan yang terintegrasi dan berkelanjutan, pengembangan budaya Indonesia dapat memperkuat identitas kultural, membangun rasa kebanggaan, dan meningkatkan kesejahteraan sosial dan ekonomi masyarakat


Komentar

Postingan Populer